Desember 8, 2024
Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Ir.Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 bukan menjadi akhir sebuah perjuangan, atau tidak ada lagi pergolakan-pergolakan di Indonesia. Justru sekitar tahun 1948-1965, Indonesia diterpa oleh bermacam-macam peristiwa pemberontakan yang menjadi aktor adalah orang Indonesia sendiri. Tentunya setiap pemberontakan ini mempunyai corak dan motivasi dari aktor-aktornya, seperti ada yang bercorak ideologis, kepentingan dan berkaitan dengan politik/sistem pemerintahan.

Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Ir.Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 bukan menjadi akhir sebuah perjuangan, atau tidak ada lagi pergolakan-pergolakan di Indonesia. Justru sekitar tahun 1948-1965, Indonesia diterpa oleh bermacam-macam peristiwa pemberontakan yang menjadi aktor adalah orang Indonesia sendiri. Tentunya setiap pemberontakan ini mempunyai corak dan motivasi dari aktor-aktornya, seperti ada yang bercorak ideologis, kepentingan dan berkaitan dengan politik/sistem pemerintahan.

  • Peristiwa konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi

Pada awal kemerdekaan terutama sekitar tahun 1955 atau sekitar sejak Pemilu 1955, menurut Herbert Feith Indonesia setidaknya terbagi 5 golongan besar yang sama-sama saling bersaing dan mengusung tema ideologinya masing-masing. Kelima golongan itu adalah nasionalis (yang diwakili oleh PNI), Islam (yang diwakili oleh NU dan Masyumi), sosialisme (yang diwakili oleh PSI), komunisme (yang diwakili oleh PKI) dan tradisionalis (yang diwakili oleh Partai Indonesia Raya). Persaingan-persaingan antar golongan-golongan ini memang semakin lama semakin meruncing dan memanas.

Kondisi memanasnya suhu dalam negeri tersebut terlihat dari bagaimana Soekarno -tahun 1956- mencoba untuk memadukan golongan-golongan besar yang dikenal dengan Nasakom (Nasionalis, Agama dan Komunis). Agak berbeda memang antara pendapat Herbert Feith dengan Soekarno mengenai kekuatan besar di Indonesia pada masa itu. Sebenarnya ide Nasakom ini sudah Soekarno utarakan pada tahun 1927, ketika itu dikenal dengan “Nasi-marx” (Nasionalisme, Islam dan Marxisme), gagasan ini dimuat dalam majalah Indonesia Muda, lalu menjadi Nasios dan baru kemudian Nasakom. Kata sos(ialisme) diganti kom(unisme) saja, sedangkan I(slam) diperluas menjadi A(gama). Ideologi yang rill ada di Indonesia dengan kekuatan penganutnya ini harus disatukan di satu meja makan maupun meja kerja (sumber: 2009. Bung Karno: Di antara saksi dan peristiwa. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. Hlm. 5). Namun walaupun pandangan dari dua tokoh ini berbeda, tetapi cukup jelas bagaimana penggambaran kekuatan-kekuatan di Indonesia ini sering terjadi pergesekan-pergesekan, oleh sebab itulah Soekarno berupaya menyatukan mereka itu dengan Nasakomnya.

Oleh karena itu kita dapat mengetahui apa saja peristiwa-peristiwa pemberontakan yang terjadi antara tahun 1945-1965 yaitu adalah pemberontakan PKI Madiun, DI/TII dan G30S/PKI. Ideologi yang diusung sangat jelas, yaitu PKI dengan komunisnya dan DI/TII membawa ideologi Agama.

  • Peristiwa konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan kepentingan

Pemberontakan yang termasuk kedalam katagori ini dalah pemberontakan APRA, RMS, dan Andi Azis. Pemberontakan-pemberontakan ini terjadi biasanya ditenggarai atau dilatarbelakangi dengan keengganan untuk melepaskan posisi-posisi mereka akibat adanya kebijakan-kebijakan pemerintah. Mereka biasanya, sebelum adanya kebijakan yang baru, mereka berada diposisi penting atau posisi strategis yang dapat mengontrol atau memimpin dari salah satu atau sebagaian sistem sosial yang sudah dijalaninya. Sekali lagi mereka melakukan pemberontakan didasari oleh kepentingan pribadi atau kelompoknya masing-masing.

  • Peristiwa konlik dan pergolakan yang berkaitan dengan sistem pemerintahan

Seperti apa yang menjadi hasil dari perjanjian Linggarjati dan puncaknya di Konfrensi Meja Bundar, tahun 1949 Indonesia berubah menjadi negera serikat, atau yang kita kenal dengan Republik Indonesia Serikat. Seperti layaknya negara-negara yang berbentuk serikat, ketika itu RIS memiliki beberapa negara bagian, dan BFO (Bijeenkomst Federal Overleg), badan ini merupakan badan yang diinisiasikan oleh Belanda. Belanda berharap badan ini nantinya lebih cenderung mengikuti kebijakan-kebijakan Belanda, namun ternyata BFO dalam berjalannya waktu, malah menjadi semakin netral.Pro kontra tentang negara-negara federal inilah yang kerap juga menimbulkan masalah. Beberapa contoh pemberontakan yang terjadi dan berkaitan dengan katagori ini adalah PRRI dan Permesta